BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kepemimpinan Abad 21 ini beranjak dari pandangan
bahwapemimpin publik harus mengenali secara tepat dan utuh baik mengenai
dirinya mau pun mengenai kondisi dan aspirasi masyarakat atau orang-orang yang
dipimpinnya, perkembangan dan permasalahan lingkungan strategis yang dihadapi
dalam berbagai bidang kehidupan, serta paradigma dan sistem organisasi dan
manajemen di mana ia berperan. Tanggung jawab pemimpin adalah memberikan
jawaban secara arif, efektif, dan produktif atas berbagai permasalahan dan
tantangan yang dihadapi zamannya, yang dilakukan bersama dengan orang-orang
yang dipimpinnya. Untuk itu setiap pemimpin perlu memenuhi kompetensi dan
kualifikasi tertentu.
Apabila konfigurasi kepemimpinan terbangun dari tiga
unsur, yaitu pemimpin, kondisi masyarakat termasuk orang-orang yang dipimpin,
dan perkembangan lingkungan nasional dan internasional senantiasa mengalami
perubahan, maka adalah valid jika kita mempertanyakan persyaratan yang
diperlukan bagi pemimpin yang efektif dalam menghadapi kompleksitas
perkembangan dan dinamika perubahan abad 21. Dalam hubungan itu kita pun perlu
mempertanyakan paradigma dan sistem organisasi dan manajemen relevan yang
diperlukan untuk menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi,
baik internal mau pun eksternal yang terjadi dalam proses kepemimpinan dan
perubahan tersebut. Seorang pemimpin publik harus dapat melihat kehadiran
dirinya dalam konteks yang luas dan dasar nilai yang dianut serta merupakan
acuan hidup dan kehidupann masyarakat bangsanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model
Kepemimpinan Abad 21
Ronald Heifetz dan Laurie (1998) berpendapat,
kepemimpinan masa depan adalah seorang pemimpin yang adaptif terhadap
tantangan, peraturan yang menekan, memperhatikan pemeliharaan disiplin,
memberikan kembali kepada para karyawan, dan menjaga kepemimpinannya.
Ditambahkan, kepemimpinan harus selalu menyiapkan berbagai bentuk solusi dalam
pemecahan masalah tantangan masa depan. Dalam kaitannya dengan adaptasi
terhadap perubahan, ditekankan pada pemanfaatan sumber daya manusia. Untuk itu,
perlu dikembangkan peraturan-peraturan baru, hubungan dan kerjasama yan baru,
nilai-nilai baru, perilaku baru, dan pendekatan yang baru terhadap pekerjaan.
Demikian pula halnya beberapa gaya, tipologi, atau pun model dan teori
kepemimpinan yang telah berkembang pada dekade-dekade akhir Abad 20 yang
relevan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan Abad 21, dapat kita
pertimbangkan dalam mengembangkan Kepemimpinan Abad 21, termasuk kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksi-onal sebagai alternatif model
kepemimpinan Abad ke-21.
1.
Kepemimpinan Transformasional
Menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan
memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran
tersebut. Teori transformasional mempelajari juga bagaimana para pemimpin
mengubah budaya dan struktur organisasi agar lebih konsisten dengan
strategi-strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasional. Dengan cara
demikian, antar pimpinan dan bawahan terjadi kesamaan persepsi sehingga mereka
dapat mengoptimalkan usaha ke arah tujuan yang ingin dicapai organisasi.
Melalui cara ini, diharapkan akan tumbuh kepercayaan, kebanggaan, komitmen,
rasa hormat, dan loyal kepada atasan sehingga mereka mampu mengoptimalkan usaha
dan kinerja mereka lebih baik dari biasanya.
2.
Kepemimpinan Transaksaksional
Pengertian kepemimpinan transaksional merupakan salah
satu gayakepemimpinan yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin
dan bawahan. Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan
mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja tertentu.
Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward bila
bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat bersama. Menurut Bass (1985), sejumlah langkah dalam proses
transaksional yakni; pemimpin transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan
bawahan dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh jika
hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha
yang dicapai, dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia
merasa puas dengan kinerjanya.
Berdasarkan uraian di atas, perbedaan utama antara kepemimpinan transformasional
dan transaksional dapat diidentifikasi yakni, bahwa inti teori kepemimpinan
transaksional terutama menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan berupa
proses transaksi dan pertukaran (exchanges process) yang bersifat ekonomis,
sementara teori kepemimpinan transformasional pada hakikatnya menjelaskan
proses hubungan antara atasan dan bawahan yang di dasari nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi mengenai visi dan misi organisasi.
Pemimpin di abad 21
ini di samping mempunyai power juga faktor manajerial. Pemimpin itu harus
memiliki dan mengkondisikan dirinya pada situasi, artinya pemimpin itu harus
mempunyai gaya kepemimpinan yang situasional. Disamping nilai atau gaya
kepemimpinan di atas, pemimpin abad 21 juga harus memiliki jiwa :
·
Enterprener
Pemimpin abad 21 harus
kompeten, individualistis, egosentris, dominan, percaya pada diri sendiri,
inovatif, punya kemampuan keras, memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu yang
luar biasa. Jiwa Enterprener ini baik sekali untuk pemimpin saat sekarang.
Disamping mempunyai dedikasi yang tinggi, juga tidak mementingkan pada
kepentingan sendiri.
·
Corporatif
Seorang pemimpin
selalu dianggap sebagai tindakan tim, ia sangat dominan, tetapi tidak suka
mendominasi. Sangat direktif namun masih memberikan kebebasan pada bawahannya,
konsultatif, tetapi kurang partisipatif.
·
Developer
Seorang pemimpin harus
juga seorang pembangun yaitu orang yang menganggap orang lain sebagai sumber
kekuatan utama. Itu sebabnya ia sangat percaya kepada bawahannya. Selalu membantu
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki bawahan. Memiliki ketrampilan dalam
membina hubungan yang hebat. Dengan itu ia mampu memenagkan loyalitas dari
masyarakat dan menciptakan iklim yang memberi dukungan penuh atas
kepemimpinannya.
·
Integrator
Seorang integrator
ialah seorang yang selalu ingin membangun konsensus dan komitmen. Memiliki
kemampuan dalam melakukan hubungan dan bantuan, serta sangat partisipatif, ia
juga seorang pelopor pembentukan tim yang kokoh, seorang yang penuh motivasi,
terampil dalam menyatukan masukan yang bervariasi. Pendeknya ia adalah pemimpin
yang brillian dan lebih menyukai pengambilan keputusan kelompok.
B. Pedoman
Pemimpin Abad 21
Pedoman-pedoman dimaksud adalah sebagai antisipasi terhadap berbagai hal
yang mungkin dihadapi pada abad ke-21, antara lain :
1. Kembangkan
sebuah visi yang jelas dan menarik
2. Kembangkan
sebuah strategi untuk mencapai visi tersebut
3. Artikulasikan
dan promosikan visi tersebut
4. Bertindak
dengan rasa percaya diri dan optimis
5. Ekspresikan
rasa percaya kepada para pengikut
6. Gunakan
keberhasilan sebelumnya dalam tahap-tahap kecil untuk membangun rasa percaya
diri
7. Rayakan
keberhasilan
8. Gunakan
tindakan-tindakan yang dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai utama
9. Memimpin
melalui contoh
10. Menciptakan,
memodifikasi atau menghapuskan bentuk-bentuk cultural
11. Gunakan
upacara-upacara transisi untuk membantu orang melewati perubahan
C. Faktor
Penopang Manajemen Abad 21
Menurut Chowdury (2000) manajemen pada Abad 21 akan tergantung pada 3
faktor yang menopangnya, yakni kepemimpinan, proses, dan organisasi. Asset yang
paling berharga bagi pemimpin Abad 21 adalah kemampuan untuk membangun impian
seperti dilakukan para entrepreneurs.
1. Faktor
pertama, Pemimpin Abad 21 adalah pemimpin yang berhasil dalam mengejar dan
mengerjakan impian-impiannya menggunakan komunikasi, dan memberikan inspirasi
kepada setiap orang dalam organisasi untuk juga meyakini impiannya. Sebab itu,
kompetensi sang pemimpin ditandai dengan sikappeoplistic bukan individualistic.
Komitment emosional sangat berharga bagi manajemen. Untuk mendapatkan komitmen
terhadap suatu strategi baru, dapat ditempuh dengan melibatkan orang-orang
dalam penyusunan startegi tersebut, dan dengan mengurangi jangka waktu antara
konsptualisasi strategi dan pelaksanaannya. Sebab, tantangan organisasional
sesungguhnya pada Abad 21 bukanlah jarak geograpikal, melainkan diversitas
kultural.
2. Faktor
kedua, Proses Abad 21 fokus pada kegiatan inti, meliputi 4 area kritis
berupa Grass root educationdimaksudkan pendidikan dan pelatihan
yang melibatkan seluruh staff tanpa diskriminasi, dari pimpinan sampai staff
biasa. Fire prevention dimaksudkan sebagau wawasan dan upaya
untuk meningkatkan durasi kemanfaatan teknologi dalam produksi dan distribusi
produk-produk tertentu. Direct interaction, organisasi Abad 21
menekankan lebih pada entusisme pelanggan di samping kepuasannya. Effecrive
globalizationmaksudnya globalisasi selalu mengandung resiko yang berbeda
antara negara yang satu dengan yang lainnya. Permasalahannya adalah berapa
cepat respons dalam menghadapi perubahan dramatik yang terjadi.
3. Faktor
ketiga, Organisasi Abd 21 yang komit terhadap kualitas sumber daya
manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada abad 21 manajer dituntut untuk memiliki wawasan terhadap pasar asing
dan kemampuan memahami dan memanfaatkan teknologi informasi sehingga mampu
bersaing dalam lingkungan global. Abad 21 juga
mengisyaratkan diperlukannya global leadership dan mind set tertentu. Seiring
dengan dinamika perkembangan global, berkembang pula pemikiran dan pandangan
mengenai kepemimpinan global (global leadership), yang akan banyak menghadapi
tantangan dan memerlukan berbagai persyaratan untuk suksesnya., seperti dalam
membangun visi bersama dalam konteks lintas budaya dalam kemajemukan hidup dan
kehidupan bangsa-bangsa. Dalam menghadapi tantangan abad ke 21 ini,
bagaimana yang sebaiknya agar membangun dan melaksanakan pemikiran kebiasaan
yang produktif menjadi konsepsi atau paradigma baru dalam persfektif manajemen.