Rabu, 19 Maret 2014

Nilai Normal Laboratorium Patologi Klinik



Nilai Normal Laboratorium Patologi Klinik


PRIA
Hematologi
Jenis Spesimen : darah
Darah Lengkap
Eritrosit : 4.5 ² 5.9 (4.5 ² 5.5) (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 13.5 ² 17.5 (13 ² 16) (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 41.0 ² 53.0 (40 ² 54) (%)
Trombo sit : 150.000 ² 440.000 (150.000 ² 400.000) (/ul)
Leukosit : 4.000 ² 11.000 (5.000 ² 10.000) (/ul)
Laju Endap Darah (LED) : 0 ² 10 (mm/jam)
Diff count / Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 ² 1 (%)
Eosinofil : 1 ² 3 (%)
Batang : 2 ² 6 (%)
Segmen : 50 ² 70 (%)
Limfosit : 20 ² 40 (%)
Monosit : 2 ² 8 (%)
Urinalisa
Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah
Urine Lengkap
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Berat jenis : 1.005 ² 1.030 (1.003 ² 1.030)
Darah samar : negatif
pH : 4.5 ² 8.0 (5 ² 8)
Protein : negatif
Urobilinogen : 0.1 ² 1.0 (EU/dl)
Nitrit : negatif
Esterase leukosit : negatif
Sedimen
Leukosit : 0 ² 5 (0 ² 3) (/LPB)
Eritrosit : 0 ² 1 (/LPB)
Silinder : negatif (/LPK)
Epitel : +1
Kristal : negatif
Lain-lain : negatif
Kimia Darah

Glukosa N : 80 ² 100 (mg/dl)
Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa S : < 150 (mg/dl)
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL ² Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL ² kolesterol : < 150 (mg/dl)
Ureum : 15 ² 40 (mg/dl)
Kreatinin : 0.5 ² 1.5 (mg/dl)
Asam urat : 3.4 ² 7.0 (mg/dl)
Bilirubin total : 0.2 ² 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 ² 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 ² 0.8 (mg %)
SGOT : 5 ² 40 (u/l)
SGPT : 5 ² 41 (u/l)
Alkali Fosfatase : 45 ² 190 (iu/l)
Gamma GT : 6 ² 28 (mu/ml)
Protein total : 6.1 ² 8.2 (gr %)
Albumin : 3.8 ² 5.0 (gr %)
Globulin : 2.3 ² 3.2 (gr %)
Imunologi dan Serologi
Widal
Salmonella typhy
Salmonella paratyphy A
Salmonella paratyphy B
Salmonella paratyphy C
VDRL : negatif
HbSAg
Anti Hbs
RF : < 8 (lu/dl)
CRP : < 0.8 (Mg/dl)
ASTO : < 200 (lu/dl)


Wanita
Hematologi
Jenis Spesimen : darah
Darah Lengkap
Eritrosit : 4 ² 5 (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 12 ² 15 (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 36 ² 47 (


Trombo sit : 150.000 ² 400.000(/ul)
Leukosit : 5.000 ² 10.000(/ul)
Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)
Diff count / Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 ² 1 (%)
Eosinofil : 1 ² 3 (%)
Batang : 2 ² 6 (%)
Segmen : 50 ² 70 (%)
Limfosit : 20 ² 40 (%)
Monosit : 2 ² 8 (%)
Urinalisa
Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah
Urine Lengkap
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Berat jenis : 1.003 ² 1.030
Darah samar : negatif
pH : 5 ² 8
Protein : negatif
Urobilinogen : 0.1 ² 1.0 (EU/dl)
Nitrit : negatif
Esterase leukosit : negatif
Sedimen
Leukosit : 0 ² 3 (/LPB)
Eritrosit : 0 ² 1 (/LPB)
Silinder : negatif (/LPK)
Epitel : +1
Kristal : negatif
Lain-lain : negatif
Kimia Darah
Glukosa N : 80 ² 100 (mg/dl)
Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa S : < 150 (mg/dl)
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL ² Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL ² kolesterol : < 150 (mg/dl)
Ureum : 15 ² 40 (mg/dl)
Kreatinin : 0.5 ² 1.5 (mg/dl)

Asam urat : 2.4 ² 5.7 (mg/dl)
Bilirubin total : 0.2 ² 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 ² 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 ² 0.8 (mg %)
SGOT : 5 ² 40 (u/l)
SGPT : 5 ² 41 (u/l)
Alkali Fosfatase : 45 ² 190 (iu/l)
Gamma GT : 4 ² 18 (mu/ml)
Protein total : 6.1 ² 8.2 (gr %)
Albumin : 3.8 ² 5.0 (gr %)
Globulin : 2.3 ² 3.2 (gr %)
Imunologi dan Serologi
Widal
Salmonella typhy
Salmonella paratyphy A
Salmonella paratyphy B
Salmonella paratyphy C
VDRL : negatif
HbSAg
Anti Hbs
RF : < 8 (lu/dl)
CRP : < 0.8 (Mg/dl)
ASTO : < 200 (lu/dl)

Sabtu, 08 Maret 2014

PAK (Penyakit Akibat Kerja) di Laboratorium Parasitologi



BAB I

Pendahuluan



Laboratorium adalah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan eksperimen dan penelitian dilakukan (Depdikbud : 1995, 2003).
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007).
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan kesahatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan curative, bahkan promotif dan rehabilitative.
Banyak di laboratorium rumah sakit maupun klinik, dan dari sampel darah akan banyak dilakukan pemeriksaan salah satunya pemeriksaan adanya parasit dalam darah pasien. Di laboratorium rumah sakit pemeriksaan parasit dalam darah diperlukan ruangan khusus agar mudah dalam menjalankan aktifitas pemeriksaan. Dalam laboratorium parasitologi rumah sakit yang didirikan atau dirancang harus sesuai dengan standart yang berlaku.




BAB II
Pembahasan


A.    Pengertian Laboratorium Parasit

Parasitologi adalah adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Laboratorium parasitologi adalah salah satu sarana yang digunakan untuk penelitian dan pemeriksaan berbagai jenis parasit. Berbagai jenis parasit dari jenis amoeba, protozoa, jamur dan lainnya bisa diperiksa di laboratorium parasitologi dengan bantuan mokroskop. Sedangkan jenis cacing dan serangga bisa diamati secara makroskopis.
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai tujuan :
1.      Skrining / uji saring adanya penyakit subklinis.
2.      Konfirmasi pasti diagnosis.
3.      Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala   klinis.
4.      Membantu pemantauan pengobatan.
5.      Menyediakan informasi prognostic /perjalanan penyakit.
6.      Memantau perkembangan penyakit.
7.      Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan  potensial membahayakan.
8.      Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.

Hasil pemeriksaan laboratorium ditentukan oleh beberapa factor, antara lain :
1.      Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
2.      Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan sample.
3.      Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
Di antara ketiga faktor tersebut, faktor pra instrumentasi merupakan tahap yang sangat penting yang memerlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1.      Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2.      Persiapan penderita Persiapan alat yang akan dipakai
3.      Cara pengambilan sample Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) dan transportasi.
B.     Fungsi Laboratorium Parasitologi

1.  Melakukan identifikasi parasit yang terkandung dalam suatu sampel
2.  Melakukan penelitian yang berhubungan dengan parasit
3.  Menegakkan diagnosa dokter
4.  Melakukan pengamatan jenis-jenis parasit baik secara makroskopis maupun  mikroskopis

C.     Fasilitas di Laboratorium Parasitologi

1.      Ruangan laboratorium yang memadai
Ruangan laboratorium yang ideal yakni memiliki luas yang cukup,keadaan yang bersih dan rapi,serta di lengkapi dengan jendela dan ventilasi yang cukup sehingga udara dan sinar matahari bisa cukup memasuki ruangan sehingga tidak menimbulkan ruangn laboratorium yang pengap dan gelap.
Syarat ruangan laboratorium :
a.       Seluruh ruangan laboratorium harus mudah dibersihkan
b.      Penerangan di laboratorium harus cukup
c.       Permukaan meja kerja harus tidak tembus air, juga tahan asam, alkali, larutan organik dan panas yang sedang
d.      Tersedianya bak cuci tangan dengan air mengalir dalam setiap ruangan laboratorium
e.       Denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon, alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat) digantungkan di beberapa tempat yang mudah terlihat.
f.       Tempat sampah dilengkapi kantong plastic
g.      Tersedia ruang ganti, pakaian, ruang makan/minum dan kamar kecil
h.      Ventilasi laboratorium harus cukup
i.        Udara dalam laboratorium dibuat mengalir searah
j.        Tersedianya  aliran listrik dan generator dengan kapasitas memadai

2.      Peralatan (sarana dan prasarana) yang lengkap
Peralatan yang canggih dan modern sangat diperlukan untuk melengkapi laboratorium parasitologi. Mikroskop listrik binokuler misalnya salah satu sarana yang sangat mendukung dalam pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan di laboratorium parasitologi. Hendaknya kalibrasi alat juga dilakukan secara berkala.
Peralatan yang terdapat di laboratorium parasitologi:
a.       Meja praktikum
b.      Mikroskop
c.       Staining chamber
d.      Preparat laboratorium jadi/awetan
e.       Peralatan pengecatan, dsb

Cara memperlakukan alat di laboratorium parasitologi :
a.       Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan
b.      Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
c.       Menjaga kebersihan alat
d.      Menyimpan alat sesuai petunjuk

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium:
·         Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti mikroskop perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
·         Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
·         Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

3.      Tersedia berbagai contoh preparat yang sudah jadi
Berbagai contoh preparat dari beberapa jenis parasit seperti telur  cacing,larva cacing, protozoa,amoeba, dan lainnya bisa dijadikan kelengkapan laboratorium parasitologi. Preparat-preparat yang sudah jadi bisa dijadikan gambaran sebelum menemukan berbagai parasit yang bisa ditemukan dalam sampel.

4.      Tenaga ahli yang terampil dan berkompeten
Tenaga ahli sangat diperlukan dalam mengerkan berbagai pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan di laboratorium parasitologi. Tenaga ahli yang terampil dan berkompeten merupakan hal yang sangat penting karena bila dalam suatu laborarorium yang sudah dilengkapi sarana dan prasarana yang canggih dan modern namun tidak memiliki tenaga ahli justru akan merugikan laboratorium tersebut.

5.      Sanitasi laboratorium yang terjaga
Kebersihan laboratorium harus menjadi hal tersendiri diperhatikan. Pembersihan tempat kerja dilakukan dengan desinfektan agar tidak menimbulkan bau yang tidak enak di dalam laboratorium. Disediakan tempat pembuangan limbah yang sesuai sangat diperlukan sehingga kebersihan ruangan laboratorium selalu terjaga.




D.    Prosedur Pemeriksaan yang Dilakukan  pada Laboratorium Parasitologi
1.      Prosedur  Pemeriksaan Malaria
a.      Alat dan Bahan :
Alat :
1.      Mikroskop
2.      Pipet tetes
3.      Objek glass
4.      Deg glass
5.      Batang lidi
6.      Blood lancet
7.      Auto click
8.      Kapas beralkohol 70%
9.      Kertas saring
10.  Beaker glass
Bahan :
1.      Darah
2.      Oil imersion
3.      Alcohol 70%
4.      Methanol
5.      Cat giemsa

b.      Cara pemeriksaan mikroskopis malaria / Apus darah
                  Pemeriksaan Apusan Darah Tebal
                  Tujuan : Preparat darah tebal digunakan untuk melihat apakah type/jenis malarianya
a.       Cara Kerja :
1.      Bersihkan ujung jari dengan kapas alcohol 70%, biarkan kering
2.      Tusuk jari dengan blood lanckep, darah pertama dihapus dengan tisu
3.      Kemudian ambil tetes darah dengan cra memutar objek gelas pada jari
4.      Biarkan hingga kering
5.      Setelah preparat kering, teteskan giemsa hingga  menutupi semua darah, biarkan 15menit
6.      Bilas dengan air mengalir
7.      Letakan sediaan dalam sikat vertical dan biarkan mengering
8.      Baca preparat dengan mikroskop rendam minyak

Hasil:
(+) jika ditemukan fase aseksual plasmodium
(-) jika tidak ditemukan fase aseksual plasmodium

                  Pemeriksaan darah tipis 
                  Tujuan : digunakan untuk menentukan apakah itu malaria atau tidak
                  Cara kerja:
1.      Bersihkan ujung jari dengan kapas alcohol 70%, biarkan kering
2.      Tusuk jari dengan blood lanckep, darah pertama dihapus dengan tisu
3.      Teteskan darah pada objek gelas
4.      Dengan objek gelas lain, darahtadi dihapus kearah kiri
5.      Biarkan sediaan kering sendiri
6.      Fiksasi dengan methanol, biarkan kering sendiri
7.      Setelah kering tandai dengan giemsa
8.      Biarkan 15menit
9.      Cuci dengan sulingan
10.  Amati dengan mikroskop (100x)minyak emersi

Hasil:
(+) jika ditemukan fase aseksual plasmodium
(-) jika tidak ditemukan fase aseksual plasmodium

c.  Kesalahan kerja pemeriksaan malaria dan filaria :
1.      Petugas tidak menggunakan APD yang dapat meyebabkan kecelakaan kerja
2.      Tertusuk jarum / lansett yang telah digunakan
3.      Pada saat pengambilan sampel filarial di daerah endemik, tergigit oleh nyamuk yang memiliki stadium III dan siap infeksi maka dari itu sebaiknya gunakan lotion anti nyamuk guna pencegahan.




            2.   Prosedur pemeriksaan filariasis :
                  a. Alat dan Bahan :
                        Alat :
1.      Mikroskop
2.      Pipet tetes
3.      Objek glass
4.      Deg glass
5.      Batang lidi
6.      Blood lancet
7.      Auto click
8.      Kapas beralkohol 70%
9.      Kertas saring
10.  Beaker glass
Bahan :
1.      Darah
2.      Oil imersion
3.      Alcohol 70%
4.      Methanol
5.      Cat giemsa

                  b.  Cara Kerja:
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2.      Lalu bersihkan objek glass yang akan digunakan dengan kapas alcohol
3.      Bersihkan ujung jari pasien dengan alcohol swab dan tunggu kering
4.      Setelah kering tusuk jari tadi dengan lancet
5.      Lalu ambil 3 tetes darah dan teteskan di objek glass dengan posisi berbeda ( 2 tetes di kanan dan 1 tetes di sisi kiri objek glass)
6.      Lalu hapus darah dengan ujung objek glass yang lain ke arah berlawanan hingga nanti jadi 3 garis darah
7.      Lalu darah tadi di kering udarakan
8.      Setelah kering, dilisiskan dengan air mengalir.
9.      Setelah itu di kering udarakan
10.  Setelah kering di fiksasi dengan methanol
11.  Tunggu hingga kering
12.  Lalu diwarnai dengan giemsa dengan perbandingan giemsa 1:14 selama 20 menit
13.  Setelah 20 menit dibilas dengan air mengalir dan tunggu hingga kering
14.  Lalu amati di bawah mikroskop pada lensa 10x untuk  mengamati terinfeksi atau tidak dan lensa 40x untuk melihat morfologi dari microfilaria.

            c. Kesalahan kerja pemeriksaan malaria dan filaria :
4.      Petugas tidak menggunakan APD yang dapat meyebabkan kecelakaan kerja
5.      Tertusuk jarum / lansett yang telah digunakan
6.      Pada saat pengambilan sampel filarial di daerah endemik, tergigit oleh nyamuk yang memiliki stadium III dan siap infeksi maka dari itu sebaiknya gunakan lotion anti nyamuk guna pencegahan.

3.    Prosedur pemeriksaan telur cacing
       a.   Alat dan Bahan
       Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah:
1.      mikroskop
2.      obyek glass
3.      deck glass
4.      aplikator/lidi
5.      pipet tetes
6.      buku kerja
7.      pensil warna.
8.      Wadah sampel, wadah harus : bermulut besar/ lebar, tertutup, kedap air, dan bersih.
         Bahan :
1.       Sampel feces 
2.      NaCl 0,9% (reagen A)
3.      Eosin 1 % (reagen B)

b.      Cara Kerja
1.       Disiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Bersihkan Objek glass dan biarkan kering
2.      Teteskan NaCl 0,9% atau Eosin 1% ke objeck glass 1 tetes (pilih salah satu reagen)
3.      Ambil sampel feces menggunakan lidi, campur pada reagen yang telah diteteskan tadi dan campurkan hingga rata.
4.       Setelah tercampur, tutup preparat tadi dengan deck glass jangan sampai terjadi gelembung udara.
5.      Sediaan preparat dipasang pada mikroskup dengan perbesaran lemah ( 5 x atau 10 x)
6.      Dilakukan pengamatan pada seluruh lapangan pandang pada sediaan.
7.       Hasil pengamatan morfologi umum digambar pada buku kerja.
8.       Bila belum jelas lensa obyektif diubah pada perbesaran sedang (40 x )
                                                                                                                                
c.       Kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada pemeriksaan telur cacing yaitu:
1.      Tidak memakai handscoon yang memungkinkan menempelnya elur cacing ditangan sehingga memungkinkannya tertelannya telur cacing yang dapat menyebabkan petugas terinfeksi parasit tersebut.
2.      Tidak memakai masker pada pemeriksaan telur cacing akan memperbesar resiko terinfeksi infeksi. Hal ini biasanya terjadi pada species enterobius vermicularis  yang penularannya dapat melalui udara yang nantinya telur akan masuk kemulut saat di udara.
3.      Tidak menggunakan jas laboratorium saat melakukan pemeriksaan, yang mengakibatkan baju petugasnya terkena feces yang mengandung telur cacing sehingga beresiko tertelan oleh petugas.
4.      Ketidak hati-hatian petugas membawa sampel feces yang bisa berakibat tertumpahnya feces dan terkena anggota tubuh, hal ini berpotensi infeksi pada petugas.
5.      Proses pencucian alat bekas pemeriksaan yang tidak bersih dapat berpotensi menyebabkan penyebaran penyakit. Karena dikhawatirkan telur cacing masih hidup di bekas alat itu. Lalu ada baiknya alat tersebut setelah dicuci, dilakukan proses sterilisasi untuk memastikan bahwa alat benar-benar steril dan bebas telur cacing. karena dikhawatirkan alat yang masih terdapat telur cacing tadi terpegang oleh petugas yang tidak menggunakan handscoon.
6.      Daerah atau meja bekas melakukan pengolahan sampel juga bisa berpotensi menginfeksi maka ada baiknya daerah  itu disterilkan juga dengan Alkohol.

            Untuk pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diingnkan, maka dalam melakukan pemeriksaan sampel harus diutamakan penggunaan APD (Alat Pelindung  Diri), seperti: masker, sarung tangan, baju lab., dan lain-lain. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan, di larang membuang sampah infeksius sembarangan, dan sebagainya. Jika petugas laboratorium tidak menaati atauran tersebut atau kecerobohan yang dilakukan oleh petugas, maka petugas sendiri akan terinfeksi.


















Daftar Web