Kamis, 06 Juni 2013

Kelainan Sel Eritrosit

Kelainan Sel Eritrosit
Kelainan Eritrosit Dapat Digolongkan Menjadi:
1.   Kelainan Berdasarkan Ukuran Eritrosit
Ukuran normal eritrosit antara 6,2 – 8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a.   Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b.   Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi.
c.   Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.

2.   Kelainan Berdasarkan Warna Eritrosit
a.   Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.

b.   Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c.   Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom. Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d.   Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan hemopoeisis ekstrameduler.

3.   Kelainan Berdasarkan Bentuk Eritrosit
a.   Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b.   Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membran eritrosit.
c.   Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada transplantasi ginjal.
d.   Teardrop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik, thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.


e.   Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik mikroangiopati.
f.    Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan  satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g.   Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
h.   Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
i.    Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.

4.   Kelainan Berdasarkan Benda Intraselular Eritrosit
a.   Basophilic stipping
Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit ditemukan karena distribusinya jarang.
b.   Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A, dengan pewarnaan brilliant cresyl blue yang nampak berwarna biru.
c.   Heinz bodies
Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal violet / brillian cresyl blue.


d.   Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik, post operasi, atrofi lien.
e.   Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada hiposplenisme, anemia hemolitika.
f.    Eritrosit berinti  (“Nucleated red cell”)
Eritrosit muda bentuk metarubrisit. Adanya inti darah tepi disebut “normoblastemia”. Ditemukan pada:
-  Perdarahan mendadak dengan sumsum tulang meningkat
-  Penyakit hemolitik pada anak
-  Kelemahan jantung kongestif
-  Anemia megaloblastik
-  Metastase karsinoma pada tulang
-  Leuko-eritroblastik anemia
-  Leukemia
-  Anemia megaloblastik
-  Hipoksia
-  Aspeni
g.   Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil zat warna asam dan basa karena RNA, ribosom dan hemoglobin. Bila diwarnai dengan pulasan supravital sel ini retikulosit.

5.   Kelainan Eritrosit Lainnya
a.   Polisitemia
Peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi.
·         Polisitemia Relatif
Peningkatan konsentrasi sel darah merah tetapi tidak disertai peningkatan jumlah masa total sel darah merah (karena dehidrasi dan hemokonsentrasi)

·         Polisitemia Vera (Primer)
Peningkatan sel darah merah disertai peningkatan masa total sel darah merah (akibat hiperaktivitas produksi sel darah merah oleh sumsum tulang)
·         Polisitemia Sekunder
Merupakan polisitemia fisiologi (normal) karena merupakan respon terhadap hipoksia
b.   Hiperbilirubinemia
Merupakan peningkatan bilirubin darah yang berlebihan ditandai dengan terjadinya ikterus, hal ini dapat diakibatkan karena
·         Peningkatan penghancuran eritrosit
·         Sumbatan saluran empedu
·         Penyakit hati
c.   Hemofilia
Penyakit keturunan berupa darah yang keluar dari pembuluh darah yang tidak dapat membeku
d.   Talasemia
Penyakit yang di tandai dengan  bentuk sel darah merah yang tidak beraturan. Akibatnya, daya ikat terhadap oksigen dan karbon dioksida kurang. Ini merupakan penyakit keturunan.
e.   Anemia
Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya darah yang terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat
Macam-Macam Anemia:
·         Anemia Hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan plasma yg hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel darah merah yang tetap rendah.Sel darah merah akan kembali normal dalam waktu 3-6 minggu.
·         Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah terhambat. Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan, bahan2 kimia tertentu, obat2an atau pada orang-orang dengan keganasan.
·         Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa lambung) merupakan faktor2 yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila salah satu faktor di atas tidak ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar dengan bentuk yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah pecah.. ciri2 ini disebut sebagai Megaloblas. Dapat terjadi pada: Atropi mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu), gastrektomi total (hilangnya faktor intrinsik) dan sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang)
·         Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek (biasanya ada faktor keturunan)
Contoh : Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yg elastis (mudah sobek), anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel-selnya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap menjadi kristal-kristal panjang di dalam sel darah merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O2 jaringan yg rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat, eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+). Pada saat kehamilah pertama, setelah ibu terpapar darah janin, maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga meninggal. Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat-obatan

·         Nutrional Anemia
Anemia defisiensi besi (Fe), Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau gangguan absorbsi GI track)
·         Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.
·         Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.


3 komentar: